Kabarkan Papua Dengan Kacamata Jurnalisme Bijak

Oleh admin

Dilihat 101

Diposting pada Selasa, 13 Agustus 2024

Jayapura, Selasa 6 Agustus 2024: SEBANYAK tujuh jurnalis dari Jakarta dan Yogyakarta berkesempatan untuk mengunjungi kantor berita Antara di Jayapura dalam rangka Kunjungan Jurnalistik 2024 dan ditemui oleh kepala biro Hendrina Dian Kandipi beserta tim. 


Dalam bincang santai, Dian demikian namanya sering disebut mendukung jurnalisme damai agar Papua semakin kondusif. Dia mengawali cerita kekerasan dan kecurigaan pada jurnalis masih sanggat tinggi di wilayahnya.


"Ada wartawan yang mobilnya dilempari bom molotov karena membahas sebuah kasus, ada pula image jurnalis yang dibuat seolah pro Papua Merdeka sehingga bikin kerja di lapangan terhambat," katanya.


Dengan adanya peristiwa itu jurnalis di kawasan ini membuat Aspsiasi Wartawan Papua. "Sehingga ketika menemui tindakan kekerasan dapat advokasi yang baik, karena asosiasi ini mendapatkan rekomendasi dari AJI, PWI, dan IJTI," lanjutnya.


Terkait keamanan ini pihaknya mewakili jurnalis di Papua ingin banyak orang melihat kemajuan Papua dan segala kebaikannya berdasarkan perkembangan dari masa lalu dengan masa kini. 'Tidak bisa dibandingkan dengan daerah lain termasuk dengan Jakarta. Kini di era pemerintahan Jokowi, pembangunan perkantoran sudah berjalan baik, jalan juga, kemudian saat PON 2021 stadion Lukas Enembe bisa dibangun dengan bagus, belum lagi ring road, pasar, jembatan layang, PLN, mal, bioskop, juga sudah ada. Infrastruktur ini sangat membantu penduduk lokal dalam beraktivitas," beber Dian. 


Pemberitaan yang positif terkait Papua sangat diperlukan, tidak hanya untuk menarik wisatawan, tetapi juga agar penduduknya bisa hidup dengan damai. Pengguna media sosial di Papua masa kini sadar betul bahwa tindakan provokasi di media sosial justru membuat daerah ini menjadi kacau. "Sehingga orang-orang yang bermedia sosial justru sangat bijak, memberi nasihat jika terjadi sesuatu di daerah ini. Mereka mengingat dampak yang besar bagi mereka," ucapnya. 


Terkait keamanan, dia juga bercerita Jayapura kabupaten relatif aman. Meski demikian pihaknya juga mengakui Papua pegunungan tidak bisa diprediksi. Di sana kejadian babi mati bisa menjadi konflik, di Timika bahkan salah pegang istri orang bisa panah-panahan," kata dia. 


Meski demikian pihaknya tidak memungkiri pihaknya butuh click bait. "Kami butuh kejadian yang bernilai berita yang bisa dijual. Misalnya ada tembak-tembakan, kami coba hadirkan upaya pemerintah, menghadirkan nara sumber atau memberikan sudut pandang yang berbeda. Jangan melihat Papua dari sisi tembak-tembakannya melulu."


Dia melanjutkan media lain bisa jadi tertarik dengan sudut pandang jumlah korban, perasaan keluarga korban, tetapi pihaknya menampilkan antisipasi aparat sehingga tidak terjadi dan tidak ada lagi korban. Di situlah Antara mencoba menempatkan diri. 


Dari sudut pandang Dian, dia menilai wartawan di luar Papua merasa lebih tahu kondisi di dalam. "Mereka bisa memberitakan Kot Jayapura Rusuh, masyarakat berhamburan. Padahal kami di sini melihat biasa saja, itu karena potongan gambar, atau ada orang mabuk dikejar warga, akhirnya kami sepakat untuk menghadirkan berita yang membuat kita aman juga. Karena ketika kita membut berita yang tidak aman soal konsisi keamanan, kami yang terdampak, bukan yang di Jakarta. Mereka dapat click bait, kami yang was-was, keluar malam tidak bisa, mau kemana-mana tidak bisa, telepon narasumber juga takut dipelintir. Jadi kami teman-teman di sini berusaha manejadi orang yang bijak, bijak dalam menyiarkan berita."


Dia mengklaim kontribusi jurnalis di Papua juga memberi pengaruh kondisi Papua saat ini. Salah satunya dengan meberitakan sesuai dengan keadaan tetapi dengan cara-cara yang bijak. Ini adalah hasil obrolan dari teman-teman senior bersama dengan teman-teman jurnalis bahwa kita merasa prihatin dengan kondisi di Papua sehingga kita harus membijaki supaya kita aman, tetapi orang di luar bisa tahu kondisi tentang Papua.

0
0
0
0
9

Bagikan berita