Kisah Strategi Bertahan dan Berkompetisi Media Massa dari Kota Seribu Pinang

Oleh admin

Dilihat 181

Diposting pada Selasa, 13 Agustus 2024

Jayapura, Jumat 9 Agustus 2024 - Sebuah gedung kantor media massa terlihat menjulang di Jalan Balai Kota No. 07 Entrop Kota Jayapura – Papua. Di situlah sebanyak tujuh jurnalis dari Jakarta dan Yogyakarta berkesempatan untuk mengunjungi kantor media massa Cendrawasih Pos dan ditemui oleh direktur Nurul Hidayah, pemimpin redaksi N. Lucky Ireeuw, dan Gratianus Silas, pemimpin redaksi Ceposonline.com, pada Kamis (8/8).


Kunjungan Jurnalis 2024 ini sebagai bagian dari rangkaian program kunjungan rutin yang diadakan setiap tahun dan diinisiasinya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kali ini rangkaian aktivitas Kunjungan Jurnalis ini dilakukan selama lima hari. 


Cendrawasih Pos, koran yang secara mandiri memulai langkah sejak 1 Maret 1993 hingga kini masih bisa bertahan. Distribusi koran mereka bahkan menguasai Tanah Papua dan Papua Barat. 


Mereka bergabung dengan manajemen Jawa Pos, dalam perjalanan Harian Cenderawasih Pos mengalami kemajuan yang pesat baik dari segi penguasaan tehnologi maupun perfomanya.


Kini mereka terbit 16 halaman dengan porsi berita olahraga paling banyak. "Karena olahraga terutama bola dan Persipura itu sangat menarik pembaca di sini dan bisa mengalahkan berita-berita yang lainnya. Selain itu juga ada pemain Papua yang bermain di timnas itu berpengaruh pada pembaca di sini. Bahkan misalnya ada pasar kebakaran, tetapi Persipura sedang main, maka kami akan beri porsi headline," kata Lucky.


Tidak kalah seru, ditambahkan oleh Gratianus Silas,memberi porsi untuk halaman olahraga ini cuma melihat antusias masyarakat setempat yang bahkan bisa konvoi mengibarkan bendera negara atau club bola saat menang bertanding.


Selain bola, berita yang informatif juga tetap dimuat, misalnya tentang festival dan tradisi. 


Sejak Februari 2018, harian Cenderawasih Pos hadir dalam bentuk media online dengan nama website: www.ceposonline.com yang mengupdate info-info terbaru dan berita-berita terkini dari Tanah Papua.


Hal yang tidak kalah menarik, di era digital dan penuh efisiensi, Cendrawasih Pos juga tidak menerima siaran pers untuk dimuat. "Tidak boleh memuat rilis, yang diperbolehkan adalah jika instansi atau seseorang menelepon kami, atau menyediakan waktu untuk wawancara, bertemu, apapun, tetapi demikianlah jurnalistik yang kami anut," kata Nurul.


Cendrawasih Pos juga menempatkan diri sebagai pihak yang tidak bisa diintimasi oleh siapapun. "Banyak kasus orang yang tidak terima karena artikel tertentu, tetapi kami memberikan hak jawab dan porsi penempatan artikel yang sama," kata Nurul.


Dia juga berbagi cerita pihaknya tidak juga menuliskan nama orang lengkap dengan marganya. "Mengapa, karena bisa jadi marga A yang tinggal jauh ditulis karena ada suatu masalah, namun marga A yang di sini tidak terima. Kami bisa didatangi, meskipun mereka sama sekali tidak kenal, alasannya hanya karena semarga dan kami dinilai menjelek-jelekkan mereka."


Berjuang saat pandemi

Banyak media massa berguguran, bahkan saat awal mulai pandemi Covid-19 yang secara resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. 


Namun kombinasi insting, pengetahuan, dan pengambilan keputusan strategis Nurul yang mantan orang keuangan terkait penyebaran SARS-CoV-2 yang dimulai dari Wuhan, Tiongkok pada 2019 justru menyelamatkan koran ini. "Sejak virusnya ditemukan pada 2019, saya yakin ini pasti akan menyebar hingga ke Indonesia, cepat atau lambat. 


Langkah pertama yang dilakukan oleh Nurul adalah membersihkan gedung termasuk melapisi kaca dengan kaca film untuk meredam panas. "Hal lain meski stok bahan banyak, kami membeli stok lagi dengan uang yang ada. Namun saya memperhitungkan, jika Corona itu ada, perusahaan di sana beroperasi atau tidak, kemudian saat itu terjadi, kami memiliki uang atau tidak, sekarang dibalik, kita punya uang, barangnya ada atau tidak, sudah waktu itu saya order plate, tinta, kertas bahkan empat kontainer, kemudian tertolong lockdown, kemudian tidak bisa terbang kemana-mana lagi, inilah yang membuat kami selamat. Gaji karyawan bahkan tidak berkurang sama sekali."


Dia melanjutkan cerita, pada saat pandemi tahun pertama pihaknya masih bisa membagikan THR sebanyak dua kali kepada para karyawan dan bonus di akhir tahun. 


Dia mengakui jika saat ini perekonomian di Indonesia telah beberapa kali mengalami masa sulit. Namun diakui oleh Nurul, masa ini adalah masa paling sulit. "Karena kesulitan ini juga dirasakan oleh semua masyarakat. Ini sudah complicated. Kami tidak bisa lagi memberikan THR dua kali dan bonus," ucapnya.


Terkait dengan pengurangan gaji pada saat masa sulit, menurutnya bukanlah sebuah pilihan, mesikipun dirinya telah didesak oleh perusahaan induk. "Saya menerapkan penghargaan yang sepadan melalui kinerja. Karyawan yang rajin akan mendapatkan hak gaji yang penuh, sementara yang tidak rajin, dinilai dari absensi dan kinerjanya maka akan mengikuti, jadi skemanya bukan potong gaji."

0
0
0
0
11

Bagikan berita