Dilihat 682
Diposting pada Rabu, 17 April 2024
Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan Forum diskusi Literasi
Demokrasi dengan tema “Kolaborasi Anak Muda Untuk Kesejahteraan Papua” di
Bandung, Jawa Barat, 3 April 2024. Kegiatan ini melibatkan peserta dari
kelompok atau perwakilan mahasiswa asal Papua yang ada di Bandung dan
sekitarnya.
Direktur
Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Dr. Usman
Kansong dalam sambutannya menyebutkan, tiga pilar penting yang membentuk masa
depan bangsa kita, yakni pemuda, kolaborasi, dan demokrasi.
Usman mencontohkan, di
Jayapura, Provinsi Papua, Papua Youth
Creative Hub (PYCH) menjadi bukti potensi kolaborasi para pemuda.
Terinspirasi oleh visi Presiden Joko Widodo, PYCH menumbuhkan bakat,
kreativitas, dan inovasi. Tempat di mana pikiran-pikiran muda bertemu,
diberdayakan oleh gairah dan dipandu oleh misi dan visi Indonesia Emas 2045.
Di
lubuk hati orang Papua, ada sebuah ungkapan yang menggema dari generasi ke generasi:
Satu tungku tiga batu. Peribahasa kuno ini melambangkan persatuan, ketahanan,
dan harmoni. Bayangkan sebuah tungku tradisional dengan tiga batu yang menopang
satu kuali.
“Setiap
batu mewakili keyakinan yang berbeda: Islam, Kristen, dan Katolik. Hidup
berdampingan dalam keberagaman dengan harmoni sebagai kuali. Tantangan kita
adalah menjaga keseimbangan yang rapuh ini, memastikan tidak ada batu yang
goyah, tidak ada api yang padam” tegasnya.
Untuk
itu, Usman mengharapkan, sebagai pemimpin muda, mari kita peluk semangat
kolaborasi ini. Mari kita membangun jembatan antara budaya, agama, dan negara.
Bersama-sama, kita dapat membentuk Indonesia yang lebih kuat di mana
keberagaman adalah kekuatan terbesar kita.
Dalam
kegiatan diskusi tersebut menghadirkan dua orang narasumber yakni Dekan
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Dr. Dadang Rahmat Hidayat,
SH., S.Sos., M.Si. dan Muhammad Rizal
Akbar Yelipele (Ijal Papua), Komika dan influencer.
Bicara
tentang kolaborasi kreatif anak muda Papua, Ijal Papua yang merupakan komika dan
influencer menjelaskan bahwa sebagai
orang Papua yang tinggal di Bandung, ia sendiri mencoba untuk menjadi lebih
kreatif. Ia melakukan banyak hal, mulai dari berbisnis hingga menjadi komika
yang berkecimpung dalam dunia stand up
comedy.
“Saya
pikir saya akan habis kalau saya masih mengikuti cara yang sama (dengan komika
terdahulu). Jadi sebagai orang yang tinggal di Bandung, tapi orang Papua, saya bikin sendiri
namanya ‘Si Pace Sunda’, mengangkat materi stand
up Sunda dengan Papua, ramai dan naiknya cepat,” jelasnya soal kiprahnya
dalam stand up comedy.
“Ketika
saya punya hal lebih, saya akan memanfaatkan orang-orang di sekitar saya
terlebih dahulu, khususnya teman-teman dari Timur atau Papua
(untuk) maju berbarengan.” Tambahnya. Ia juga menyampaikan bagaimana ia
membangun koneksi dengan sesama orang Papua untuk saling berkolaborasi untuk
sama-sama maju mencapai kesejahteraan.
Sedangkan
Dr. Dadang menanggapi hal tersebut mengungkapkan bahwa memang orang Sunda atau orang
daerah mana pun cenderung lebih menerima orang luar yang terasa dekat secara
komunikasi, misalnya dengan penggunaan bahasa daerahnya.
Hal
tersebut menurut Dadang adalah bagian dari keterbukaan, walaupun belum optimal,
mari kita optimalkan. Mungkin ada paguyuban atau misalnya ketika membuat
konten, teman-teman Papua lainnya
bisa bergabung. Kolaborasi seperti itu menjadi
sangat penting. Selain itu
peran pemerintah juga dibutuhkan untuk menjembatani.
“Harus
ada kolaborasi. Dan terpenting adalah adanya komunikasi yang baik. Kemudian
pemerintah juga harus hadir memberikan support, memfasilitasi dan lain – lain,”
jelas Dadang.
Kolaborasi sangat penting di semua bidang karena dapat meningkatkan produktivitas, mengidentifikasi bagian mana yang memerlukan bantuan dari orang-orang dengan keahlian berbeda. Kolaborasi juga mengajarkan kita akan perbedaan dalam diri masing-masing individu dan menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik sehingga dengan kolaborasi bisa tercipta kreatifitas yang luar biasa.
Terkait
dengan keterlibatan anak muda dalam demokrasi, Dadang menyampaikan bahwa ada perbedaan
akses di masa anak muda sekarang lebih berpeluang untuk menjadi aktivis dalam konteks politik dan
demokrasi.
“Sebagian besar yang mendinamisasikan politik demokrasi itu anak muda. Tinggal bagaimana mereka tidak hanya sebagai partisipan tetapi juga mempunyai peluang untuk menjadi pemimpin. Anak muda harus lebih berani lagi.” (Tim-IKPP)