Noken, Menghidupi Sekaligus Membutuhkan Perlindungan Mendesak

Oleh admin

Dilihat 138

Diposting pada Selasa, 13 Agustus 2024

Jayapura, Rabu 7 Agustus 2024 : Matahari tengah bersinar terik, mama-mama sedang berkumpul di terminal lama Entrop, sebuah kelurahan di distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua. Jemari mereka memegang hakpen, agar benang mereka berjejalin menjadi noken. Namun sebagian lagi menggunakan jarum berukuran besar untuk membuat noken dengan bahan asli serat kulit kayu, biasanya dari kayu pohon nenduam, pohon nawa, melinjo, sukun, atau anggrek hutan. Yang terakhir adalah bahan paling mahal untuk membuat noken.


Noken atau tas, untuk penduduk Papua dikenal sebagai tas. Tas dengan fungsi yang beragam, untuk berbelanja, membawa hasil kebun, untuk digunakan membawa ikan, atau bahkan untuk menggendong bayi. Noken umumnya tidak dijinjing atau menyilang di dada, melainkan dikaitkan ke kepala bagian atas. 


Noken menjadi simbol kehidupan yang baik, cinta perdamaian, serta kesuburan bagi masyarakat tanah Papua, terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah Pegunungan Tengah Papua, seperti suku Yali, suku Lani, suku Damal, dan Bauzi. 


Seorang perempuan yang kemudian kita sebut mama, Anci Pakage, 25, warga Dok 5 Atas Jayapura saat kita temui sedang merajut noken menjelaskan kulit kayu melinjo dan sukun yang sering digunakan sangat kuat sehingga menjadi bahan favorit para perajin. "Meskipun sangat kuat, noken asli dari serat kayu tidak boleh terkena minyak dan dimakan tikus sehingga bisa rusak karena jalinannya putus. Kotor itu biasa, jangan sering dicuci supaya awet," katanya.


Dia juga bercerita, saat ini membuat noken tidak melulu dari bahan serat kayu, di masa kini perajin noken sudah menggunakan benang pabrikan yang didatangkan ke Papua. "Benang manila, benang katun, dan wol. Ini benang yang sudah jadi langsung bisa pakai. Jika menggunakan serat kayu, membuat noken jadi lebih panjang karena harus dipintal secara manual, tidak bisa mengguanakan mesin," katanya. 


Terkait motif, dengan perkembangan zaman dan kemudahan akses internet, para perajin semakin terbuka untuk membuat motif yang kekinian dan membuat model noken yang beragam. Ditambahkan asesoris bunga, merajut bentauk gambar ikan, batik, atau bahkan ditambahkan manik-manik. Produk lain, mereka juga semakin terbuka untuk membuat produk yang berbeda, mulai dari yang sekecil anting, hingga rok, dan topi dari serat kayu.


Noken dengan ukuran kecil umumnya dijual seharga Rp100 ribu. Selebihnya dijual tergatung dari ukuran dan bahan, tentu saja semakin besar, maka akan semakin mahal. Belum lagi jika menggunakan serat anggrek, ini akan menjadi noken termahal di kelas ukuran yang serupa. 


"Moge atau rok rumbai itu kami jual Rp5 juta. Jadi sebenarnya dengan menjadi perajin noken ini membuat kami cukup sejahtera. Uang yang kami dapat bisa untuk belanja ke pasar, keperluan anak sekolah, bahkan menabung," katanya.


Hal itu dibenarkan oleh Vita Naidiban, DARI Papua Youth Creative Hub (PYCH) yang berkolaborasi membina UMKM setempat. "Para perajin umumnya sangat sejahtera, dengan adanya pendapatan, mereka bisa mencukupi kebutuhan termasuk kesehatan dan pendidikan keluarganya. Mama-mama ini umumnya ibu rumah tangga yang tetap melakukan kegiatan domestik seperti memasak, berkebun, dan mengasuh anak, di sela-sela itu mereka membuat noken yang mendatangkan penghasilan."


Meski demikian Vita menyayangkan animo anak muda khususnya perempuan untuk membuat noken semakin sedikit. "Ini jadi tantangan untuk kami, kami ingin anak-anak muda ini cinta kembali dengan budayanya sendiri, maka itu kami ingin menyediakan pasar supaya produk yang dibuat bisa diserap oleh pasar, kami juga menyiapkan pasarnya baik secara langsung ataupun dengan cara pasar digital. Dengan adanya pasar, mereka akan menjadi produktif."


Noken memang telah masuk ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari Unesco pada 4 Desember 2012 dan digiolongkan dalam kategori In Need of Urgent Safeguarding.atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak. 


Perlindungan mendesak ini dalam arti memerlukan tindakan segera untuk menjaganya tetap hidup. Keberlangsungan elemen-elemen dalam daftar tersebut terlihat menghadapi ancaman besar dari masyarakat dan negara pihak yang bersangkutan.

0
0
0
0
10

Bagikan berita